Filosofi Hujan || Puisi


Aku Tak Benci Hujan
Aku tak benci hujan..
Tapi jujur aku tak terlalu suka
Cucuran air yang menetes deras
seakan menunjukkan kelemahan langit yang cengeng
Tiap rasa rindu yang terkandung
dalam tiap tetesanya, seolah menggambarkan
asa yang tak tergapai terhadap sang bumi

Aku tak benci hujan...
Tapi suara guntur dan percikan kilat
terkadang membuat aku bosan
Seolah sang langit berteriak meraung
karena cinta yang tak temukan jalan
Ketika air mengucur dari tiap atap,
menciptakan irama syahdu sang alam

Aku tak benci hujan...
Ketika sepasang kekasih berteduh di emper pertokoan
Bercerita tentang masa depan
hanya sekedar untuk mengusir
dingin yang menusuk tulang

Aku tak benci hujan...
Terdengar ketika gemerisik angin malam
memainkan irama sendu
terdengar para katak menyanyikan lagu kegalauan

Aku tak benci bhujan...
Tapi semua itu terkadang membuatku
terhina dalam balut kenangan
Seolah datangnya hujan membuka kembali
lembar-lembar kisah luka yang dalam
Tentang aku...
Tentang kisahku...

Aku tak benci hujan...
Tapi jika boleh jujur
Aku ingin berlari dan sembunyi dalam peluk selimut yang rapat
hangat dan nyaman, yang dapat melindungi ku dari tiap kenangan tentang dia
Yang kembali menghantui
datang bersama gemericik hujan yang bernyanyi

Aku tak benci hujan...
Aku hanya benci pada kenangan pahit yang datang bersamanya
Itu saja...
Tak kurang...
Dan tak lebih...

"Hujan adalah upah yang diberikan langit kepada rindu, jadi nikmatilah. Lupakan payungmu"
"Aku tidak marah pada angin yang membawaku jatuh. Yang aku tanyakan mengapa harus di hatimu?"
"Untuk resah yang dituliskan hujan bulan Agustus, akulah senja yang terperangkap di ufuk matamu"

Komentar