Lolita (1997)


Lolita adalah film drama tahun 1997 yang disutradarai oleh Adrian Lyne dan ditulis oleh Stephen Schiff. Film ini adalah adaptasi layar kedua novel 1955 karya Vladimir Nabokov dengan nama yang sama dan dibintangi Jeremy Irons sebagai Humbert Humbert dan Dominique Swain sebagai Dolores "Lolita" Haze, dengan peran pendukung oleh Melanie Griffith sebagai Charlotte Haze, dan Frank Langella sebagai Clare Quilty. Film ini bercerita tentang seorang profesor pria paruh baya, Humbert, yang menyewa sebuah kamar di rumah janda Charlotte Haze dan menjadi tertarik secara seksual kepada putrinya yang masih remaja, Dolores, yang juga disebut "Lo" atau "Lolita".


Judul               : Lolita
Penulis            : Vladimir Nabokov
Penerjemah     : Anton Kurnia
Penerbit           : PT. Serambi Ilmu Semesta
Cetakan          : I, Maret 2008
Tebal               : 529 hal

Novel Lolita adalah mahakarya Vladimir Nobakov (1899-1977), penulis kelahiran Rusia yang kemudian menetap di Amerika Serikat. Walau kini Lolita telah diakui sebagai salah satu karya sastra klasik dunia, novel ini sempat dilarang beredar dan ditolak oleh beberapa penerbit Amerika karena tema dan isinya dianggap tidak senonoh dan melanggar standar moral masyarakat pada zaman itu
Novel ini akhirnya diterbitkan untuk pertama kalinya dalam bahasa Perancis oleh Olympia Perss, 15 Sept 1955, penerbit Perancis yang biasa menerbitkan buku-buku serius dan beberapa buku ‘dewasa’. Seketika itu pula novel ini menjadi best seller dan laris terjual 5000 kopi. Langsung saja novel ini menuai kontroversi, akibatnya pada Desember 1956 pemerintah Perancis melarang peredaran novel ini selama hampir dua tahun lamanya.
Selang dua tahun setelah edisi pertamanya terbit di Perancis, pada 1958 Lolita diterbitkan di Amerika oleh penerbit G.P. Putnam's Sons. Sama seperti di Perancis, novel ini langsung menjadi best seller dan terjual 100.000 kopi pada tiga minggu pertama setelah diterbitkan.
Apa sebenarnya yang ditulis oleh Nobakov dalam novelnya ini? Novel Lolita yang diyakini mengandung elemen-elemen autobiografis Nobakov ini merupakan memoar seorang profesor bernama Humbert Humbert yang menuliskan petualangan cintanya bersama Lolita. Dalam bab pendahuluan dikisahkan pada saat memoarnya diterbitkan, Humbert tewas dalam tahanan akibat penyakit jantung pada 1952. Memoar yang diberi judul “Lolita, ATAU Pengakuan Seorang Duda” ini akhirnya sampai ke tangan seorang editor yang kemudian menerbitkannya dengan judul Lolita. Dari memoar inilah cerita dalam novel ini bergulir hingga diangkat ke ke layar lebar.


Film nya ini sendiri mengalami kesulitan menemukan distributor Amerika dan tayang perdana di Eropa sebelum dirilis di Amerika Serikat. Film ini akhirnya diambil di Amerika Serikat oleh Showtime, sebuah jaringan kabel, sebelum akhirnya dirilis secara teatrikal oleh The Samuel Goldwyn Company. Penampilan Irons dan Swain mengesankan penonton, tetapi, meskipun dipuji oleh beberapa kritikus karena kesetiaannya pada narasi Nabokov, film ini mendapat sambutan kritis di Amerika Serikat. Lolita disambut dengan banyak kontroversi di Australia, di mana ia tidak diberi rilis teater sampai April 1999.
Film dalam novel nya tersebut bercerita tentang Humbert Humbert yang adalah seorang profesor sastra Inggris paruh baya Eropa, seorang terdidik yang lahir di Paris. Seperti umumnya pria remaja, gairah remajanya dilewati dengan menjalin cinta monyet dengan Annabel Leigh. Malangnya cintanya pada Annabel kandas karena kekasihnya itu meninggal akibat penyakit tipus. Menurut pengakuan Humbert kisah cintanya dengan Annabel inilah yang membuat dirinya mulai tertarik secara seksual kepada gadis-gadis kecil berusia 9 sampai 14 tahun yang disebutnya sebagai ‘peri asmara’ (nymphet).


Ketika beranjak dewasa gairahnya pada para peri asmara terus membuncah. Untuk menekan gairah ganjilnya ini Humbert akhirnya menikah dengan Vallerie gadis sepantarannya yang menurutnya memiliki gaya dan pesona seorang gadis kecil. Namun rumah tangganya ini tak berlangsung lama, Vallerie menghianatinya dan akhirnya merekapun bercerai.
Setelah bercerai, Humbert memutuskan berkelana ke Amerika Serikat. Jalan hidupnya menempatkan dirinya tinggal dalam sebuah pondokan di Ramsdale, New England. Di tempat inilah Humbert terkesiap melihat sosok Lolita, gadis berusia 14 tahun yang merupakan putri Charlotte, sosok janda si pemilik pondokan. Humbert yang saat itu berusia tiga-puluhan tak kuasa menahan gejolak asmara dan berahinya melihat Dolorez Haze atau Lolita, gadis kecil yang jelas merupakan ‘peri asmara’ baginya.


Demi mendapatkan cinta dan tubuh Lolita, Humbert rela menikahi Charlotte, ibu gadis itu. Sempat terbesit niat jahatnya untuk membunuh Charlotte. Namun keberuntungan seolah berpihak padanya. Charlotte tewas dalam sebuah kecelakaan. Kematiannya membebaskan Humbert untuk mengejar hubungan romantis dan seksual dengan Lo, yang ia juluki "Lolita". Tanpa banyak menunggu, Lolita yang saat itu sedang mengikuti perkemahan bersama sekolahnya dijemput oleh Humbert dan dibawanya mengelilingi Amerika Serikat. Dan dimulailah petualangan cinta terlarang antara ayah dengan anak tirinya. Humbert dan Lo kemudian bepergian ke negara itu, tinggal di berbagai motel sebelum akhirnya menetap di kota perguruan tinggi Beardsley, dimana Humbert mengambil pekerjaan mengajar dan Lo mulai menghadiri Beardsley Prep School, sebuah sekolah Katolik khusus perempuan. Humbert dan Lo harus menyembunyikan sifat hubungan mereka dari semua orang-orang asing yang mereka temui saat bepergian serta administrasi di Beardsley. Mereka menampilkan diri kepada dunia sebagai sosok ayah dan anak. Seiring waktu, kebosanan Lo yang meningkat dengan Humbert, dikombinasikan dengan keinginannya yang semakin besar akan kebebasan, memicu ketegangan yang terus-menerus yang mengarah pada pertengkaran di antara mereka. Kasih sayang Humbert untuk Lo juga disaingi oleh pria lain, penulis drama Clare Quilty (Frank Langella), yang telah mengejar Lo sejak awal perjalanan pasangan itu. Lo akhirnya lolos melarikan diri bersama Quilty, dan pencarian Humbert terhadap mereka tidak berhasil, terutama karena dia tidak tahu siapa itu Quilty.


Tiga tahun kemudian, Humbert menerima surat dari Lo yang meminta uang kepadanya. Humbert mengunjungi Lo yang sekarang sudah menikah dan tengah hamil. Suaminya, Richard, tidak tahu apa-apa tentang masa lalunya. Humbert memintanya untuk melarikan diri bersamanya, tetapi dia menolak. Dia mengalah dan memberinya sejumlah besar uang. Lo juga mengungkapkan kepada Humbert bagaimana Quilty melacak gadis-gadis muda dan membawa mereka ke Pavor Manor, rumahnya di Parkington, untuk mengeksploitasi mereka untuk film pornografi anak. Quilty meninggalkannya setelah dia menolak berada di salah satu filmnya.
Setelah kunjungannya dengan Lo, Humbert melacak Quilty dan membunuhnya. Setelah dikejar oleh polisi, Humbert ditangkap dan dikirim ke penjara. Dia meninggal di penjara pada November 1950 karena trombosis koroner, dan Lolita meninggal bulan berikutnya pada hari Natal karena komplikasi saat melahirkan.


Di akhir film, Lolita ditampilkan sudah berkeluarga. Lolita juga mengakui bahwa dia tidak pernah mencintai Humbert, tidak mencintai Clare, juga tidak mencintai suaminya -- well, tidak mengherankan kalau dia tidak mencintai semuanya. Kalau dipikir-pikir, semua karakter dalam film ini betul-betul hopeless dan tragis; nevertheless, ada pelajaran berharga yang dapat ditarik dari komedi gelap ini.


Kesan pertama yang menggelitik dari film ini adalah nama-nama karakternya:
1.      Profesor Humbert Humbert. Dengan jabatan profesor dan nama Humbert Humbert (seakan-akan satu Humbert saja tidak cukup haha), penonton mencium ada sesuatu yang "tidak beres" dengan dirinya -- di balik eksterior yang terhormat, tersimpan interior yang sleazy, disreputable, tidak bermoral.
2.      Charlotte dan Dolores Haze. Haze mempunyai arti kabut atau pikiran yang tidak jelas atau bingung. Charlotte adalah nama priyayi, sementara karakternya adalah wanita dari kelas bawah. Sedang Dolores adalah nama seorang wanita suci dari Spanyol -- gabungan Dolores + Haze menimbulkan kesan nama seorang prostitute.
3.      Clare Quilty. Clare adalah nama wanita, sementara karakternya adalah pria, menimbulkan kesan foxy, serigala berbulu domba, tidak dapat dipercaya.


Pertama kali menonton film ini, penulis menangkap kesan ini, tetapi baru menyadari sepenuhnya setelah beberapa kali menontonnya. Nama-nama tersebut adalah summary atau ringkasan dari masing-masing karakternya! So spot on.
All in all, Lolita is an incredibly sharp piece of filmmaking; khususnya penampilan Jeremy Irons, Dominique Swain dan Frank Langella. Sayangnya, karakter Frank Langella dimatikan di tengah film, padahal karakter ini mempunyai fungsi penting sebagai ground/foundation di tengah-tengah Humbert yang semakin neurotic, obsessive dan Clare yang semakin evil, sinister. So far, penulis memberi rating 8.5/10 untuk film ini.

Sebagai tambahan, mungkin ada beberapa dari kalian yang tertarik dan naksir sama soundtrack di film Lolita (1997) ini sama seperti saya. Di sini, saya akan memberikan referensi lagu-lagu yang digunakan karena kecintaan saya terhadap lagu-lagu lawas. Menurut saya, lagu-lagu tersebut sangat eksotis dan estetik. Hehehe…



Nah, bagi yang penasaran sama film ini, kalian boleh nonton streaming sub-indo nya di sini atau download e-book novel nya di sini


Referensi :

Komentar

Posting Komentar