Goresan Pena: My Sweet Broken Heart

            “Bete!!!”.Kata itulah yang pertama kali kuucapkan setelah semua casis (calon siswa) pulang ke rumah masing-masing. Bayangkan saja, kami dijemur dari sepenggalan matahari sampe matahari tersenyum puas! Bahkan eneg ngeliat kami seharian di sini. Mana tadi aku telat datang pas MOS. Plus disuruh 3x keliling lapangan sekolah, ditambah lagi besok kami disuruh nulis kakak PanMOS tercintai. Eittsss… tapi harus yang lawan jenis loh! Uuh… apalagi bagi yang beruntung, bakal nembak langsung secara blak-blakan. Bete’gak tuh??!
            Aku sekarang lagi di angkot. Dan….
            “Ckiiittt!! “.Angkot itu ngerem tiba-tiba.
            “Aduh, Pak! Hati-hati dong!”,kataku kesal.
            “Ehem-ehem..”, seseorang berdehem. “Maaf, anda menginjak kaki saya.”, ujarnya.
            “Eh”, aku heran.  Bukannya tadi di sampingku gak ada orang ya? Tapi…. BUSYET! Itu kan kakak PanMOS!! “Aduh, maaf kak. Saya tidak sengaja”, kataku sambil menundukkan kepala. Dia hanya tersenyum. Tanda memaafkanku, mungkin. Tapi, seorang ibu dengan anaknya geleng-geleng kepala melihatku. Kenapa ya?

            Sorenya…
            Aku sendirian di rumah, menatap sepi, dan terdengar suara telepon. “Kriinnggg…”.Aku mengangkatnya. Diam. “Kriiinnggg..” Aku mengangkatnya. Diam lagi. Karena takut, ku putuskan juga kabel teleponku dan aku pun jalan-jalan di sekitar komplek. “Hoahh” ngantuk. Bosan gak ada teman. Aku pun jalan-jalan lagi dan duduk di bangku taman.
            “Sendirian aja, penginjak kaki!!”, tiba-tiba ada suara seseorang di sampingku. Aku pun meliriknya. Wekks!! Kakak itu lagi.
            “Iya nih kak. Bosan. Jadi jalan-jalan aja. Maaf kak, kalau tidak salah, anggota OSIS ya?”
            “Itu tuh, ciri-ciri anak apatis. Ketua OSIS aja ga dikenal!” ujarnya.
            “Maaf kak. Saya hanya….”
            “Udah, gak pa-pa. Oh iya, kalian besok disuruh nulis plus nembak kakak PanMOS tercintai kan? “ katanya sambil terseyum. Kemudian ia menyambung lagi, “Kamu udah tau siapa orang yang ingin kamu tulis?” ujarnya.
            “Untuk mikirkan orangnya aja udah poening kak, apalagi nulisnya.”
            “Gak usah bingung! Pilih aja kakak. Dijamin kamu bakal jadi sorotan besok” ujarnya pede sambil tersenyum close up.
             “Ha..?” ujarku.
            “Pilih aja. Eh, udah dulu ya dek. Udah sore. Lagian kayaknya ayah kakak udah manggil tuh” ujarnya sambil menepuk pundakku. “Oh iya, kalau besok gak mau terlambat, naik angkot No. 2 jam 07.00, ok?” katanya dari kejauhan, sambil mengacungkan jempol.

            Besoknya…
            Aku telah di simpang dari jam 06.30 dan menunggu angkot No. 2 seperti yang kakak itu sampaikan kemarin. Dan sungguh. Aku udah nulis dia sebagai kakak PanMOS tercintai. But, aku gak tau namanya. Kenapa sih gak kutanya kemarin? “BEGO” asumsi yang tepat untukku.
            “Tin..tiinn.” angkot nomor 2. Itulah tumpanganku. “Pak, naik…” kataku semangat.
            “Tuhkan. Gitu dong. Pasti kamu gak akan telat”
            “Eh kakak. Iya, kak. Makasih ya kak atas sarannya” ujarku .
            “Hooaamm” ujarnya mengantuk. Ia pun memakai kacamata hitam dengan pedenya.
            “Ternyata, kakak ini lucu juga” ujarku. Ia pun membua tsuatu lelucon. Kami pun tertawa bersama-sama di angko titu. Tidak seperti junior and senior. Kurasa, ia tidak memandang strata. Padahal, kupikir kakak ini stay cool N gak peduli gitu. Ternyata… tak bisa kubayangkan!! Sebelum sampai, aku sempat menanyakan namanya.
            “Kak Chandra” ujarnya kepadaku.

            Akhirnya, kami pun telah sampai di sekolah. Karena tidak pede jalan dengan kakak kelas apalagi PanMOS, aku pun langsung berlari ke gerbang sekolah.
            “Haah..untung si Telat gak telat lagi” ujar kak Mery, kakak sekretaris OSIS yang paling bawel, menurutku. Aku pun hanya menundukkan kepala. Tanpa harus penting untuk dibalas.
            “Nah, mumpung klen semua dah pada ngumpul, gimana kalo kita mulai aja Mery acaranya” ujar kak Doni, kakak yang paling sinis itu.
            “Hmmm..tumben aku ga melihat kak Chandra di sini. Biasanya dia selalu di pojok sambil membaca buku Sherlock Holmes kayak Sinichi Kudo.
            Tanpa menunggu lagi, kak Mery pun memanggil kami satu per satu. “Hmm siapa lagi ya?” ujarnya sambil memutar-mutar rambut ikalnya itu. “Oh iya..” dia menyambung lagi. “Gimana kalo si Telat aja” ujarnya sambil menunjukku dengan puas. Aku yang notabene hanya casis yang bagaikan  sebiji kacang kulit di hadapannya pun langsung menjawab, “Siap. Iya, kak!” aku pun berjalan ke depan dan mulai berbicara. “Mmm.. orang yang saya sukai dari semua kakak PanMOS ialah…” aku menghela napas. “Mmm..yang saya suka…”
            “Hehh dek!! Cepetlah dek! Kau mau buat kami mati berdiri karena menunggu kata-kata gak pentingmu itu?!” ujar kak Doni cerewet itu kepadaku.
            “Baiklah kak. Yang saya suka yaitu Kak Chandra ketua OSIS kita” ujarku menggebu-gebu.
            “Haahh…” semua mata tertuju padaku. Ada rasa keheranan di wajah mereka.
            “Eh dek. Udah lama, ngawur lagi!! Ketua OSIS di sekolah kita tuh kak Prima, tau!!” ujar kak Mery marah.
            “Mmm..” kata kak Rey, kakak PanMOS yang paling jadul but jenius angkat bicara. “Saya tau siapa yang kamu maksud” ujarnya kepadaku.“Tapi sebaiknya kau ikut saya keperpustakaan dan buka buku tahunan angkatan 2007-2008” sambungnya. Akupun segera mengikutinya yang diikuti oleh kak Mery keperpustakaan.




            “Dia itu teman kakak nya kakak dulu. Dia anak yang baik, pintar dan sangat mahir dalam bermain piano. Tapi sayang, ketika kejuaraan piano se-SMA Sumut waktu itu, dia tewas akibat kecelakaan” ujar kak Rey kepadaku.
            Aku menangis. Kupeluk buku tahunan yang juga kenangan yang indah itu untukku. Mulai saatitu, aku tak pernah bertemu dengannya lagi. Sekarang aku lagi di angkot untuk pulang. Dan angkot ini No. 2, mengingatkanku kepadanya. Dan ada seorangibu yang berbisik kepada anaknya, “Nak, jangan dekati kakak itu. Kemarin kakak itu bicara sendirian di angkot” ujarnya.
            “Ya, Bu. Ibu benar. Saya memang telah sendiri. Dan kalau ibu mau tau, saya telah jatuh cinta kepada hantu” ujarku lirih.
            Akupun turun. Dan segera berlari ke bangku taman. “Kak, kalau kakak kesepian, ingatlah selalu teman-teman kakak yang menyayangi kakak. Kak, aku pun berharap kakak kan selalu mengingatku, walau mungkin aku bukan orang yang kakak sayang. Akankah kakak sekarang bisa melihatku di sini? Belum sempat aku mengatakan suka, kakak telah pergi dariku. Angin, akankah engkau sampaikan salam kukepadanya? Ich Liebe Dich, kak…”
            Akupun pergi sambil diikuti oleh angin senja kesedihanku.

BY: D11^_Tha

Buat semua SM-ers school. Terutama to someone who never know that I loved him so much.

Komentar